Penopang Hidup

22 Okt

larasati.jpg

Krisis ekonomi (krismon) yang berlangsung sejak 1998, atau tujuh tahun lalu sampai sekarang masih terasa. Masyarakat di pedesaan masih kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya baik sandang, pangan dan papan. Harga kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) terus melonjak setiap saat dan anehnya ketika harganya melambung susah turun kembali.

Situasi harga barang tidak menentu berdampak pula terhadap pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini diperparah lagi dengan semakin berkurangnya lapangan pekerjaan. Baik di perkotaan maupun pedesaan. Tidak sedikit dewasa ini masyarakat yang menjadi penganggur terselubung. Mereka hidup dengan orang tua atau mertuanya, paska terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).

Atau pun tergusurnya lahan usaha di kota-kota besar atas kebijakan terhadap pekerjaan sektor informal. Seperti pedagang di trotoar, tanah kosong dan pemukiman. Begitu pun dengan pekerja kasar lainnya. Sementara pemerintah pusat dan daerah belum sepenuhnya memerhatikan pemberantasan kemiskinan yang terus melanda masyarakat. Dampak terbesarnya meningkatnya jumlah pengangguran.

Seperti diungkapkan Larasati (60) warga Desa Cijemit Kecamatan Ciniru, guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya terpaksa dirinya mengumpulkan plastik bekas minuman air mineral. Kendati tidak terlalu banyak, karena usianya diambang senja sehingga ada keterbatasan gerak. Ia berusaha tetap survive dengan cara yang mungkin dianggap kurang manusiawi.

Jika platik bekas minuman air mineral sudah terkumpul agak banyak dijualnya ke tukang barang-barang bekas. Sekilogram barang tersebut dihargai Rp 2.500. Perharinya ia memerolehnya kurang dari setengah kilogram. Baru setelah seminggu baru mencapai 3-5 Kg. Uang yang diperolehnya pun tidak kurang dari Rp12.500/minggu. Uang sebanyak itu tidak cukup untuk membeli beras guna memenuhi kebutuhannya.

Kendati demikian, usaha mengumpulkan platik bekas miniman air mineral tidak dihentikannya. “Lumayan kanggo ngabanjel-banjel pangabutuh sadidintena,” ujarnya. Sementara, yang dihidupinya tidak hanya dirinya saja. Tapi ada anak dan menantunya yang tidak bekerja karena tempat jualannya di Jakarta terkena gusuran.***  

Tinggalkan komentar