
Foto AJUN MAHRUDIN
Keterangan gambar : Sekelompok orang tengah mandi di Cipanas Ciniru yang dikenal dengan air panasnya dan memiliki khasiat untuk pengobatan pelbagai jenis penyakit.***
=================================================
Sumber air panas atau biasa disebut Cipanas yang ada di Kab. Kuningan demikian banyak, dan manfaatnya sudah dirasakan oleh khalayak. Sebut saja Cipanas yang terdapat di Desa Sangkanurip Kec. Cilimus, lembah Cilengkrang Desa Pajambon Kec. Kramatmulya, di Desa Cibingbin Kec. Cibingbin, Desa Ciniru Kec. Ciniru serta Cipanas di Desa Ciniru Kec. Jalaksana.
Cipanas yang telah ditata dan menghasilkan pajak serta retribusi baru Cipanas di Desa Sangkanurip. Sedangkan di tempat lain belum ditangani secara optimal. Entah alasannya apa, Pemkab hanya memanfaatkan satu sumber air panas saja sementara di empat lain dibiarkan tidak terawat.
Seperti Cipanas yang terdapat di tanah bengkok Desa Ciniru Kec. Jalaksana, keberadaannya sangat memerihatinkan dan tidak mendapatkan perhatian serius dari Pemkab Kuningan. Tidak ada fasilitas pendukung seperti ruangan tertutup atau kamar, alat pengaturan supaya air tidak terlalu panas atau tidak terlalu dingin untuk kenyamanan para pengunjung. Jangankan ruangan dan alat pengatur, tempat menyimpan pakaian saja tidak ditemui, padahal sarana itu dibutuhkan.
Mengunjungi Cipanas dari dekat, letaknya tidak jauh dari jalan raya Kuningan-Cirebon, tepatnya di Padamenak, bisa naik ojeg, jalan kaki atau membawa kendaraan peribadi. Dari Padamenak ke lokasi jauhnya sekira 1 KM ke arah timur. Jalannya sudah diaspal, meski ada lubangnya namun tidak terlalu parah masih bisa dilalui kendaraan roda dua maupun empat.
Tempatnya tidak pernah sepi pengunjung, mulai dari subuh hingga ketemu subuh lagi, pasti ada orang sedang mandi. Seperti sudah konsensus umum, jika pagi hari yang mandi di sana mayoritas perempuan, siang sampai sore anak-anak dan remaja, malam hari digunakan pemuda serta orang tua.
Pemandian Cipanas tidaklah luas, ukurannya sekira 3 X 4 meter. Samping kiri kanan penggunakan batu kali yang disusun setinggi 1,5 M. Air yang ke luar hanya satu sumber mata air dalam tanah, terasa panas menggigit kulit disertai bau belerang. Namun tidak terlalu menyengat. Depan Cipanas terdapat Kali Cimanis yang tidak pernah kering meski musim kemarau.
Sumber mata airnya tidak terlalu besar, seukuran lengan bayi, airnya bergolak dari dalam tanah, dan ditampung dalam gombongan, lalu disiuk dengan kaleng. Yang mandi tidak sendirian namun dilakukan secara beramai-ramai. Mereka bergerombol di dekat gombongan. Padahal tidak saling mengenal dan tanpa risih menanggalkan pakainnya.
Satu rombongan bisa terdapat 4 sampai 6 orang, dan mengaku dari berbagai daerah di Kab. Kuningan. Ada yang berasal dari Kel. Cigugur, Desa Ragawacana, Manis Kidul, Sukamukti, Cilowa bahkan dari luar daerah seperti Cirebon, Indramayu, Majalengka, Bandung dan Jakarta. Alasan mereka mandi di Cipanas berbeda-beda. Ada yang menginginkan penyakitnya sembuh, memperoleh jodoh serta diberi kemudahan rejeki.
Seperti dituturkan Enah (70) warga Desa Nanggerang Kec. Jalaksana yang mengaku anak dari Madja, salah seorang Wedana di Kuningan jaman Belanda. Cipanas merupakan pemandian yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit menahun dan oleh dokter dinyatakan tidak dapat disembuhkan. Selain itu dimitoskan oleh masyarakat bahwa setiap mandi malam jum’at kliwon akan memperoleh kemudahan rejeki dan bagi yang belum mendapatkan jodoh akan terkabul.
Salah satu contoh, tutur Enah, ada orang Jakarta, namanya lupa lagi, anaknya menderita lumpuh, dan telah berobat ke sana kemari serta menghabiskan biaya ratusan juta namun tidak kunjung sembuh. Setelah mendengar informasi yang berasal dari mulut ke mulut, ia datang ke Cipanas. Setelah dua bulan menjalani terapi hasilnya menggembirakan, anak yang tadinya lumpuh dapat berjalan secara normal.
“Kepercayaan masyarakat sekitar Cipanas tumbuh secara turun temurun dan diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Selain itu ada mitos dapat memudahkan rejeki serta jodoh. Adanya keyakinan seperti, Cipanas tidak sepi pengunjung, apalagi tidak ada yang memungut tiket masuk,” ucapnya.
Ramainya pengunjung tidak sekarang saja, tutur Enah, sejak tahun 1960-an pun Cipanas sering dikunjungi orang. Dulu, tempatnya rimbun oleh pepohonan yang usianya ratusan tahun dan di sisi kanan jalan terdapat batu besar, oleh orang yang sudah mandi di Cipanas akan ditaruh uang logam diatasnya.
Namun sekarang, kondisinya demikian memerihatinkan pohon ratusan tahun kini sudah tidak ada, begitu pula batu di pinggir jalan sudah raib. Dengan demikian, aspek wisatanya mulai memudar, salah satu sisi yang menarik selain air panasnya yakni kerindangan pohon serta hawanya sejuk, nyaman untuk rekreasi keluarga.(***)